Sabtu, 15 Juni 2013

KOMPETENSI PENGAWAS

SUPERVISI MANAJERIAL
1. Supervisi adalah serangkaian kegiatan professional yang dilakukan oleh pengawas sekolah dalam rangka membantu kepala sekolah, guru, dan tenaga kependidikan lainnya guna meningkatkan mutu dan efektivitas penyelenggaraan pendidikan dan pembelajaran. Supervisi ditujukan pada dua aspek yaitu manajerial dan akademik. Supervisi manajerial menitikberatkan pada pengamatan aspek-aspek pengelolaan dan administrasi sekolah yang berfungsi sebagai pendukung (supporting) terlaksananya pembelajaran seperti yang tertera dalam Permendiknas Nomor 19 Tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan.
2. Dalam melaksanakan fungsi supervisi manajerial, pengawas sekolah berperan sebagai: (1) kolaborator dan negosiator dalam proses perencanaan, koordinasi, pengembangan manajemen sekolah, (2) asesor dalam mengidentifikasi kelemahan dan menganalisis potensi sekolah, (3) pusat informasi pengembangan mutu sekolah, dan (4) evaluator terhadap pemaknaan hasil pengawasan.
3. Prinsip-prinsip supervisi manajerial pada hakikatnya tidak berbeda dengan supervisi akademik, yaitu:
a. Harus menjauhkan diri dari sifat otoriter, seperti ia bertindak sebagai atasan dan kepala Sekolah/guru sebagai bawahan.
b. Supervisi harus mampu menciptakan hubungan kemanusiaan yang harmonis. Hubungan kemanusiaan yang diciptakan harus bersifat terbuka, kesetiakawanan, dan informal (Dodd, 1972).
c. Supervisi harus dilakukan secara berkesinambungan. Supervisi bukan tugas bersifat sambilan yang hanya dilakukan sewaktu-waktu jika ada kesempatan (Alfonso dkk., 1981 dan Weingartner, 1973).
d. Supervisi harus demokratis. Supervisor tidak boleh mendominasi pelaksanaan supervisi. Titik tekan supervisi yang demokratis adalah aktif dan kooperatif.
e. Program supervisi harus integral. Di dalam setiap organisasi pendidikan terdapat bermacam-macam sistem perilaku dengan tujuan sama, yaitu tujuan pendidikan (Alfonso, dkk., 1981).
f. Supervisi harus komprehensif. Program supervisi harus mencakup keseluruhan aspek, karena hakikatnya suatu aspek pasti terkait dengan aspek lainnya.
g. Supervisi harus konstruktif. Supervisi bukanlah sekali-kali untuk mencari kesalahan-kesalahan kepala Sekolah/ guru.
h. Supervisi harus obyektif. Dalam menyusun, melaksanakan, dan mengevaluasi, keberhasilan program supervisi harus obyektif. Obyektivitas dalam penyusunan program berarti bahwa program supervisi itu harus disusun berdasarkan persoalan dan kebutuhan nyata yang dihadapi sekolah.
4. Metode supervisi manajerial, yaitu: monitoring dan evaluasi, refleksi dan FGD, metode Delphi, dan Workshop.
5. Aktivitas pengawas dalam supervisi manajerial tercakup dalam empat kata kunci, yaitu:
a. Membimbing (membantu dan mendampingi) dalam penyusunan dan perumusan berbagai pedoman, panduan, kebijakan atau program Sekolah.
b. Memonitor, dalam pelaksanaan hal-hal yang sudah jelas aturannya.
c. Membina, dalam pelaksanaan hal-hal yang perlu inisiatif Sekolah.
d. Mengevaluasi (termasuk memeriksa dan menilai) dalam hal-hal yang berkaitan dengan ketersediaan perangkat, maupun pelaksanaan program.

SUPERVISI AKADEMIK 
Menurut Sahertian (Sahertian, 2000:44-52). pendekatan yang digunakan dalam melaksanakan supervisi akademik, ada 3, yaitu:
1. Pendekatan Langsung (Direktif) Pendekatan direktif adalah cara pendekatan terhadap masalah yang bersifat langsung. Supervisor memberikan arahan langsung. Sudah tentu pengaruh perilaku supervisor lebih dominan.
2. Pendekatan Tidak Langsung (Non-direktif) Pendekatan tidak langsung (non-direktif) adalah cara pendekatan terhadap permasalahan yang sifatnya tidak langsung. Perilaku supervisor dalam pendekatan non-direktif adalah: mendengarkan, memberi penguatan, menjelaskan, menyajikan, dan memecahkan masalah
3. Pendekatan Kolaboratif Pendekatan kolaboratif adalah cara pendekatan yang memadukan cara pendekatan direktif dan nondirektif menjadi pendekatan baru. Pada pendekatan ini baik supervisor maupun guru bersama-sama, bersepakat untuk menetapkan struktur, proses dan kriteria dalam melaksanakan proses percakapan terhadap masalah yang dihadapi guru.

Perilaku supervisor adalah sebagai berikut: menyajikan, menjelaskan, mendengarkan, memecahkan masalah, dan negosiasi.
Pendekatan supervisi akademik yang lain (Achecon, Keith A, at al, 1987) adalah :
1. Scientific didasarkan atas data (hasil pengamatan dan pencatatan yang teliti, objektif dan valid) baru diambil langkah perbaikan yang diperlukan
2. Artistic dilakukan secara tidak to the point, pengawas menggunakan seni tertentu.
3. Clinic didasarkan atas diagnosa kekurangan (kelemahan=penyakit) baru diberikan perbaikan.

Teknik Supervisi Akademik Menurut Gwyn, teknik-teknik supervisi itu bisa dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu. teknik supervisi individual, dan teknik supervisi kelompok.
Teknik Supervisi Individual:
a. Kunjungan kelas
b. Observasi kelas
c. Pertemuan individual
d. Kunjungan antar kelas
e. Menilai diri sendiri
f. Portofolio supervision
g. Action research
h. Peer coaching
i. Mentoring and induction

Teknik Supervisi Kelompok: Menurut Gwynn, ada tiga belas teknik supervisi kelompok, sebagai berikut.
a. Kepanitiaan-kepanitiaan
b. Kerja kelompok
c. Laboratorium kurikulum
d. Baca terpimpin
e. Demonstrasi pembelajaran
f. Darmawisata
g. Kuliah/studi
h. Diskusi panel
i. Perpustakaan jabatan
j. Organisasi profesional
k. Buletin supervisi
l. Pertemuan guru
m. Lokakarya atau konferensi kelompok. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar