Submitted by admin on Tue, 06/11/2013 - 14:48
BELAJAR MENJADI GURU BERDEDIKASI KEPADA EEN SUKAESIH
Oleh:
IDRIS APANDI, M.Pd
IDRIS APANDI, M.Pd
Nama Een Sukaesih awalnya belum dikenal oleh masyarakat khususnya di kalangan dunia pendidikan. Tetapi namanya saat ini menjadi terkenal setelah media banyak memberitakannya. Een Sukaesih, adalah seorang guru di Kabupaten Sumedang. Dalam keadaan sakit lumpuh yang dideritanya selama puluhan tahun, Beliau tetap mendidik para anak didiknya dari atas tempat tidur. Atas dedikasi dan pengabdiannya tersebut, pada tanggal 7 Juni 2013, Universitas Pendidikan Indonesia (dulu IKIP Bandung) tempatnya kuliah pada jurusan Bimbingan dan Konseling (BK) memberikan penghargaan Anugerah Sepanjang Hayat kepadanya. Liputan 6 SCTV juga memberikan penghargaan kepadanya pada tiga kategori, yaitu kategori pendidikan, pengabdian kepada masyarakat, dan kemanusiaan.
Apa yang dilakukan oleh Een Sukaesih adalah cerminan seorang guru sejati, guru yang berdedikasi, guru yang pantang menyerah, guru yang dengan setulus hati mengabdikan dirinya untuk pendidikan. Cita-citanya untuk mencerdaskan anak bangsa tidak terhalangi oleh penyakit lumpuh yang dideritanya. Kita, para pendidik harus menjadikan apa yang dilakukannya sebagai inspirasi dan contoh teladan. Dalam kondisi fisik yang normal, kita kadang suka mengeluh, melaksanakan tugas asal gugur kewajiban, kurang memiliki tanggung jawab. Lebih lebih sering mendiskusikan telatnya pembayaran tunjangan profesi dan menunggu jadi peserta sertifikasi daripada bagaimana meningkatkan kualitas pembelajaran. Sementara Bu Een, sebutan untuk Een Sukaesih tidak pernah mempertanyakan soal gaji dan honor. Tidak pernah meminta fasilitas dan penghargaan kepada pemerintah sebagai guru berdedikasi ataupun sebagai guru berprestasi. Walau demikian, Beliau mungkin tidak mengharapkannya, tetapi sudah seharusnya pemerintah memberikan perhatian dan penghargaan kepadanya, bahkan membantu biaya berobat untuk kesembuhannya.
Pemerintah suka mengadakan kegiatan pemilihan guru berdedikasi. Kegiatan ini biasanya ditujukan untuk guru yang bertugas di daerah terpencil dan daerah pedalaman. Tapi sayangnya kegiatan-kegiatan tersebut lebih banyak unsur formalitas dan seremonialnya. Penghargaan bagi guru berdedikasi hanya terbatas pada selembar piagam penghargaan. Setelah itu, nasib gurunya kurang diperhatikan. Menurut Penulis, sebenarnya guru-guru yang ada di pedalaman tersebut sebenarnya tidak terlalu memerlukan penghargaan yang sifatnya formalistis, tetapi lebih membutuhkan hal-hal yang lebih konkrit seperti beasiswa untuk pengembangan karir dan profesinya, jaminan kesehatan dan pendidikan untuk anak-anaknya.
Secara substantif, penulis melihat bahwa dedikasi seseorang dalam menjalankan tugas bukan didasari ingin mendapatkan penghargaan dari manusia atau pemerintah tetapi muncul dari panggilan jiwa dan tanggung jawab yang tinggi. Seseorang yang berdedikasi melakukan pekerjaannya dengan baik untuk mendapatkan kepuasan batin dan sebagai bentuk ibadah kepada Allah SWT.
Een Sukaesih mungkin tidak pernah mengikuti kegiatan-kegiatan pemilihan guru berdedikasi yang suka diadakan pemerintah, tetapi secara substanstif Beliau adalah sosok guru yang memiliki dedikasi yang sangat luar biasa terhadap Pendidikan. Apa yang dilakukannya telah menjadi oase di tengah keringnya dunia pendidikan kita dari ruh pendidikan itu sendiri. Ruh pendidikan adalah mendidik setiap anak didik dengan penuh ketulusan dan kasih sayang. Dunia pendidikan kita saat ini tercoreng oleh berbagai kasus seperti kasus kekerasan guru (bullying) terhadap muridnya, kasus pelecehan seksual atau pencabulan guru terhadap murid, kecurangan UN, plagiarisme, dan korupsi di sekolah. Belum lagi kasus-kasus tawuran pelajar, narkoba, prostitusi pelajar, seks bebas dan pornografi di kalangan pelajar.
Empat Tipe Guru
Pada harian Pikiran Rakyat edisi 10 Juni 2013 Mohamad Surya, mantan Ketua PGRI menyebutkan bahwa ada empat tipe guru. Yaitu, guru aktual, guru harmonis, guru karakter, dan guru kalbu. Guru aktual adalah guru yang secara nyata sebagai guru yang melaksanakan berbagai peran dan tugas sebagai guru sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Namun, dalam batinnya tidak seluruh penampilan kinerjanya berbasis pada jiwa, semangat, dan nilai sebagai guru. Ia melaksanakan tugas semata-mata karena tuntutan formal guru.
Guru harmonis adalah guru yang tampil sebagai guru dengan kemampuan memanipulasi kondisi dirinya untuk tampil sebagai guru yang baik. Dengan demikian, ia tampak harmonis sebagai guru meskipun tidak seluruhnya bersumber dari kondisi pribadi yang dituntut sebagai guru. Guru karakter adalah sosok guru yang mewujud berbasis karakter yang melekat pada dirinya sebagai bagian dari keseluruhan kepribadiannya yang telah terbentuk sejak masa kecil dan bukan terbentuk karena pelatihan seperti PLPG, dan sebagainya.
Guru kalbu sebagai kategori tertinggi adalah guru yang penampilannya berbasis kualitas kalbu. Hatinya tulus ikhlas sehingga menjadi guru adalah bagian dari kebajikan yang tertanam dalam kalbunya. Ada ada tujuh karakteristik yang menjadi sumber bagi terwujudnya guru kalbu. Pertama, faith atau keyakinan yang sunguh-sungguh difahami, dihayati, dan diamalkan dalam keseluruhan perilakunya sebagai guru. kedua, truth atau kebenaran yang bersumber dari kebenaran agama, budaya, keilmuan, dan sebagainya yang dijadikan landasan dalam keseluruhan pikiran dan tindakan. Ketiga, compassion atau keharusan rasa, yang akan menjadi tali ikatan batin emosional antara dirinya sebagai pendidik dengan peserta didik.
Keempat, humility atau sikap rendah hati, yaitu sikap untuk secara ikhlas menjadikan dirinya semata-mata hamba Allah dan melaksanakan tugasnya semata-mata sebagai wujud ibadah kepada Allah SWT. Kelima, love atau cinta kasih, sebagai fondasi hubungan pedagogis antara pendidik dan peserta didik. Keenam, gratitude atau bersyukur, yaitu senantiasa mensyukuri apa yang telah terjadi pada dirinya. Dan ketujuh, integration atau keutuhan diri, yang diwujudkan dalam keseluruhan perilaku sebagai cerminan keutuhan kepribadian.
Menurut Surya, ketujuh karakteristik guru tersebut dimiliki oleh Een Sukaesih dan Beliau layak didaulat menjadi guru kalbu. Menjadi guru merupakan panggilan jiwa, sarana pengabdian, sekaligus lahan ibadah kepada Allah SWT. Bagaimana dengan kita? Termasuk ke dalam kategori guru manakah? Dan sejauhmana upaya kita untuk menjadi seorang guru yang berdedikasi? Mari kita sama-sama belajar dari perjuangan Een Sukaesih untuk menjadi guru yang berdedikasi.
Penulis, Widyaiswara Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) Jawa Barat.
sumber: http://www.lpmpjabar.go.id
sumber: http://www.lpmpjabar.go.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar